Semboyan Semangat Kerja LKKMO 2019 Futuristik, Responsif dan Bersejahtera (futuristic, responsive & prosperous based programs)

  Senin, 7 Januari 2019 - 19:12 |   BY admin
Semboyan Semangat Kerja LKKMO 2019 Futuristik, Responsif dan Bersejahtera  (futuristic, responsive & prosperous based programs)

Senin, 7 Januari 2019 bertempat di ruang kerja Kapus Litbang LKKMO, Kapus mengadakan Rapat Terbatas bersama Kabid 1,2,3, dan KTU. Peneliti yang turut dalam pertemuan tersebut adalah Choirul Yusuf, Dede Burhanudin, Asep Saefullah, Ridwan Bustamam, Fakhriati, Retno Kartini dan Adison. Pada awal pertemuan Kapus memberikan beberapa point penting yang perlu mendapat perhatian.

Pertama, pertemuan ini merupakan Rapat Terbatas dengan maksud untuk melakukan brain-storming dan penajaman program 2019, sebagai langkah persiapan untuk Rapat Pleno LKKMO dan Rapim Kemenag pada pertengahan Januari 2019 nanti.

Kedua, Dalam Rapim Kemenag Tahun 2018, ada satu rekomendasi untuk mendirikan Lembaga Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara. Hal ini merupakan amanah langsung dari Menteri Agama, Lukman Hakim. Secara politis dalam rapat Komisi VIII dengan 10 fraksi semua sudah setuju, dan dana sudah dialokasikan. Pikiran-pikiran yang berkembang selama ini perlu dikerucutkan, dirumuskan, sehingga menjadi lebih kongkrit, jelas, aplikatif, dan menukik. Selain itu, perlu juga membuat grand-design terkait profil Lembaga yang akan dibentuk, misalnya apakah perlu membentik tim ad hoc, bagian-bagian mana yang lebih didahulukan. Program-program apa yang tepat sesuai kebutuhan, bagaimana proses manajemen pengelolaan lembaganya, dan bagaimana pembentukan-pembinaan SDM yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu perlu melibatkan banyak orang, sebaiknya ada orang khusus yang punya otoritatif yang bisa memberi penilaian terhadap manuskrip. Ini merupakan salah satu program unggulan LKKMO, karena itu, kita semua diminta serius berkerjasama untuk mensukseskannya.

Ketiga, Risalah Jakarta. No 1 & 2 isinya terkait langsung dengan LKKMO, yakni ada keterkaitan, hubungan dengan LKKMO :

  1. memperkuat literasi bacaan keagamaan: menanggapi hal tersebut kita perlu terbitkan dulu, dengan selektif hasil-hasil riset yang sudah ada untuk mengartikulasikan bahwa kita sudah siap merespons dan memberikan aksi nyata untuk memperkuat literasi keagamaan.
  2. Menjembatani dunia khazanah keagamaan klasik dengan kebutuhan dunia kreatif milenial. Maksudnya kita perlu menjadi konektor (penghubung) agar tidak terjadi keterputusan dunia khazanah keagamaan klasik dengan dunia generasi milenial sekarang. Apa kegiatan yang tepat yang dapat kita lakukan?

Keempat, Tanggal 23 Jan ada Rakernas Kemenag. Dalam kegiatan tersebut LKKMO perlu mengadakan pameran hasil-hasil produk kita sehingga LKKMO makin dikenal orang banyak. Kita merindukan dapat melakukan pameran hasil riset kita.

Kelima, Hasil Bench-Marking perlu dikumpulkan dan diterbitkan selain sebagai bentuk pertanggungjawaban, juga untuk membagikan informasi kepada orang lain terkait preservasi-pengelolaan manuskrip di luar negeri.

Keenam, RKA-KL perlu dicermati lebih dalam lagi, dirancang agar budget mengikuti program. Semua program kita harus dirancang berdasarkan tiga prinsip/semangat kerja LKKMO yaitu responsif, futuristik dan kesejahteraan. Maksudnya kegiatan penelitian dilakukan secara obyektif, akademik, ilmiah dan berkualitas, dengan tidak melupakan kehidupan ekonomi peneliti, alias kantongnya tidak kosong. Perlu dibuat, dirancang penelitian berdasarkan peraturan Kabadan No 42, 43, 44, 45 Tahun 2018, riset yang berorientasi pada out put (luaran).

Tanggapan pertama datang dari Choirul Fuad : Pelaksanaan rapat ini sudah tepat moment, sebagai brain storming tentang rancangan anggaran kegiatan dan kinerja kita. Kita mengacu pada visi-misi Kemenag lalu visi-misi Balitbang, dan difokuskan sasaran strategis LKKMO, program-program unggulan yang ditetapkan, dan yang direkomendasikan oleh pemerintahan Jokowi-JK. Sasaran strategis yang terejawantah dalam RKA-KL, out-put, anggaran, prosedur, dan tahapan-tahapan. Hal-hal tersebut perlu dicermati diawal tahun ini sehingga nanti saat pada saatnya nanti semuanya dalam kondisi dan keadaan “ready” untuk digunakan. Terkait dengan dua (2) program unggulan yang telah dipaparkan oleh Kapus di atas, (yakni peningkatan dan penyedian bahan literasi bacaan keagamaan, dan bridging-menjembatani dunia khazanah klasik keagamaan dengan dunia kreatif generasi milenial) sejatinya harus kita laksanakan, kondisikan, mengacu pada tiga prinsip kerja LKKMO tahun ini yang sudah dicanangkan dan disampaikan oleh Kapus yaitu responsif, futuristik, dan kesejahteraan. Bila dirangkai menjadi sebuah “syair-kehidupan” menjadi warga LKKMO yang mempunyai kecepatan-ketepatan merespons situasi-kondisi kekinian, dan bekerja berorientasi kepada masa depan dengan tidak melupakan kesejahteraan warganya.

Lebih jauh, Fuad menguraikan persoalan tentang kesejahteraan. Ada 3 jenis-jenis keadilan, yakni keadilan secara hukum/legal, keadilan komunitatif, dan keadilan sosial. Keadilan yang ketiga yang langsung terkait dengan kesejahteraan yang sedang kita gelorakan. Artinya keadilan tersebut bukan memaksudkan semuanya harus sama rata, tetapi porsi ditentukan atau berbanding lurus dengan besarnya usaha-enargi-waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan sebuah tugas-pekerjaan. Menyetir kalimat Choirul Fuad disebut “tergantung banyaknya keringat yang keluar”. Kesejahteraan sosial perlu diwujudkan dan dilakukan, salah satunya lewat matriks dan jadwal kegiatan. Filosofisnya adalah pembagian tugas dan tanggung jawab disesuaikan dengan kompetensinya.  Matriks berisikan tentang gambaran siapa melakukan apa, karena itu matriks perlu dilengkapi dengan jadwal yang strict-rigid-rigorus. Melihat kondisi politik saat ini, kita akan mengadakan pesta demokrasi maka bulan Maret-April kurang kondusif untk melakukan penelitian, karena masa kampanye. Jadi kita perlu berhitung waktu dengan baik, agar pekerjaan kita dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, maka semestinya bulan Februari sudah segera mulai penelitian lapangan.

Responsif. Hal ini harus tampak nyata dalam program. Artinya program yang sudah ditetapkan mempunyai tahapan-prosedur penganggaran yang tepat sehingga mudah dan dapat diwujudkan. Selanjutnya terkait kegiatan penilaian buku, perlu dibuat pembagian tugas yang jelas berapa buku yang harus dinilai tiap-tiap orang, tetapkan jadwalnya, coaching, dan review bareng untuk membuat policy bareng.

Kapus dalam tanggapannya menyatakan terkait dengan penilaian buku, perlu dibuat “task-force”. Ini program unggulan LKKMO, karena kita perlu menyiapkan diri, menyiapkan SDM yang tepat untuk melakukan penilaian buku-buku terjemahan, buku-buku keagamaan. Kejaksaan juga sudah minta kita untuk melakukan penilaian buku-buku import keagaman. Kita perlu berkolaborasi dengan kejaksaan.

Dede Burhanudin dalam paparannya mempertanyakan berapa jumlah buku yang sudah dicetak hasil riset Tahun 2018. LKKMO mempunyai banyak produk yang dapat dipromosikan, disosialisasikan ke publik sebagai bentuk tanggapan kita dalam penyediaan bahan literasi keagamaan. Contoh yang paling Mutahir adalah Jurnal Lektur yang masuk dalam Sinta dua. Capaian-capaian ini perlu dan harus kita apresiasi, kita berikan penghargaan kepada mereka yang sudah memperjuangkannya. Selain itu, ada dua ribu (2.000) naskah milik kita. Pada umumnya public sudah mengetahui, bila bicara soal naskah klasik keagamaan maka orang akan bicara dengan Puslitbang LKKMO Kemenag. Menurut pengakuan Dede, Tahun 2018 ada beberapa permintaan naskah dari luar, rata-rata setahun butuh 50 naskah untuk diteliti mahasiswa S1, S2. Perlu dipikirkan bersama Bagaimana cara kita mempromosikan naskah-naskah yang sudah ada ke publik. Naskah yang belum pernah diteliti, izinnya ke siapa. Dalam rangka menjembatani naskah klasik dengan dunia milenial, apa langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan bersama? Jadi sesungguhnya LKKMO sudah mempunyai banyak produk yang siap digelontorkan ke public, bicara soal naskah klasik keagamaan kita perlu bangga, dan percaya diri. Persoalannya adalah bagaimana cara membuka akses naskah klasik keagamaan ke masyarakat luas. Untuk itu diusulkan agar semua peneliti diundang untuk bicara bersama, menampung, menyaring aspirasi dan ide-ide warga LKKMO.

Retno Kartini juga memaparkan ide terkait soal menjembatani khazanah klasik keagamaan dengan kaum milenial, kita dapat melakukan kegiatan lomba membuat video pendek berbasis naskah klasik. Pembuatan video dilakukan oleh orang professional, sehingga kaum milenial tertarik untuk menonton dan akhirnya mereka dapat mengetahui isi manuskrip klasik keagamaan.

Selanjutnya Ridwan Bustamam mengusulkan mengadakan pertemuan bersama dengan seluruh peneliti di LKKMO sehingga lebih banyak ide-ide yang terjaring terkait dengan pelaksanaan tugas dan pekerjaan di tahun 2019. Selain itu diungkapkan juga terkait penilaian buku, agar disediakan anggaran yang cukup karena kegiatan tersebut membutuhkan anggaran dana yang besar karena membutuhkan SDM yang professional dan prosesnya panjang sesuai dengan prosedur yang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Agama.

Peneliti Asep Saefullah memberikan ramuan ide gagasannya, pertama terkait dengan bench-marking (BM). Laporan hasil BM sudah diserahkan kepada Kabid. Terkait risalah Jakarta yang meminta Kemenag menjadi bridging antara khazanah klasik keagamaan dengan generasi melinial dapat dilakukan LKKMO dengan mudah. Alasannya karena semua kegiatan LKKMO ada dokumen lengkap, seni-budaya, ada dokumennya sebagai bukti fisik tapi belum dicetak. Misalnya Sejarah kesultanan, dapat diterbitkan masing-masing kesultanan mejadi 13 buku. selain itu ada kompilasi hadits, folklore, panduan seni budaya.

Hal lain yang diperdalam oleh Asep adalah soal matrik dan jadwal. Perlu dipertegas dengan jelas diawal tahun ini cara kerja kita. Apakah program itu akan dibagi-bagi ke bidang-bidang? Setelah program sudah ditetapkan, maka person-person perlu ditetapkan, maka untuk hal itu perlu jelas diawal tahun ini penempatan para peneliti. Berkaitan dengan penilaian buku import, hal itu terkait dengan salah satu tugas Lektur, karena fungsi pendidikan ada pada Lektur. Maka salah satu perwujudannya adalah lewat penilaian buku-buku keagamaan termasuk buku-buku import yang dilaksanakan bersama pihak kejaksaan. Kita patut bersyukur fungsi pendidikan berhasil dimasukkan kedalam lektur.  

Akhirnya dipenghujung pertemuan karena waktu sudah menunjukkan pukul 16.00, Kapus memberikan stressing dari ide-ide yang sudah berkembang selama pertemuan. Kita perlu buat matriks dan jadwal. Untuk itu para kabid agar mempersiapkannya. Hal ini penting agar tahun ini penyerapan anggaran menjadi lebih baik, setidaknya ada perubahan posisi dalam hal penyerapan anggaran. Hal penting dan mendesak perlu harus kita buat adalah katalog naskah dicetak, diterbitkan sehingga publik mengetahui dengan baik informasi terkait naskah-naskah yang sudah berhasil kita digitalisasi. Selain itu makin banyak orang yang dapat mengakses kedalam muatan isinya.

Terakhir yang dipesankan Kapus adalah Policy brief, agar ditulis dalam dua, tiga bahasa: bahasa inggris, Indonesia, Arab juga. Setiap bulan dapat diterbitkan satu demi satu, dikirim dicetak. Dengan demikian makin banyak orang yang dapat mengenal dan membaca hasil-hasil kerja LKKMO. (AS).

Mitra