Puslitbang Lektur menjalin kerjasama dengan ECO Cultural Institute, Taheran

  Senin, 21 Mei 2018 - 13:32 |   BY admin
Puslitbang Lektur menjalin kerjasama dengan ECO Cultural Institute, Taheran

Jakarta (21 Mei 2018). Kali ini Puslitbang Lektur menelisik kerjasama dengan lembaga yang mengurusi heritage tidak pada tingkat insitutusi lagi, tapi tingkat Union, yaitu ECO Cultural Institute. Atas inisiasi ICC Jakarta mempertemukan pimpinan Puslitbang Lektur dengan pimpinan ECO Cultural Institute, maka kesempatan diskusi dan penandatangan MoU pun dapat dilaksanakan.

ECO Cultural Institute ini setara dengan Union dan berstatus independent. Lembaga ini setara dengan UNESCO. Apabila, UNESCO berada di bawah pemerintah Amerika, maka ECO ini adalah lembaga international yang tidak terikat kepada lembaga dan pemerintah mana pun. Lembaga kebudayaan ini berkantor resmi di Teheran, Iran. Operation time dibuka selama 24 jam yang mendiskusi berbagai hal, baik tentang PBB maupun tentang budaya dunia internasional lainnya. Demikian Dr. Al-Mudhahari menjelaskan.

Kerjasama dengan lembaga ini menjadi sangat tepat, ketika melihat hubungan Iran dan Indonesia sudah terjalin sejak lama.  Sebut saja artefak yang ditemukan di pulau Natuna, pada umumnya memiliki kaitan dengan Iran. Manuskrip Alquran yang tersimpan di Bayt al-Quran Taman Mini Indonesia Indah (TMII) terdapat illuminasi yang mirip dengan Iran. Demikian juga halnya tentang penyerapan kata Persia ke dalam Bahasa Indonesia didapatkan dalam jumlah yang banyak, seperti kata pasar, bandar, dan panca sila. Para ulama masa lampau juga banyak merujuk kepada para ulama Persia, misalnya Hamzah Fansuri yang menuangkan ide-idenya melalui karya-karyanya, seperti Syarabul Asyikin dan Muntahi, pada umumnya merujuk kepada ulama Persia, seperti Sa’di Sirazi, Hafiz Sirazi, dan Abdurrahman al-Jami’. Demikian penjelasan Kepala Pusat Litbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi, Dr Muhmmad Zain dalam diskusi sebelum penandatangan MoU.

MoU ini menjadi sangat penting bagi Kementerian Agama RI, khususnya Puslitbang Lektur, Khazanah Kegamaaan, dan Manajemen Organsiasi, Badan Litbang dan Diklat Kemeneterian Agama RI agar dapat mempelajari cara-cara merawat dan mengkaji manuskrip sebagai warisan bangsa Indonesia yang hingga saat ini masih sangat banyak belum tersentuh untuk pemeliharaan maupun untuk pengkajian secara komprehensif. Tujuannya tidak lain adalah  agar bisa bermanfaat dan menjadi contoh teladan bagi generasi millennial pada saat ini dan masa akan datang. Mengapa harus ke Timur Tengah, khususnya ke Iran? Karena hubungan antara kedua negara ini sangat dekat dan sudah dibangun dalam waktu yang sudah cukup lama. Dr. Al-Mudhahari menyebutkan bahwa hubungan Iran dan Indonesia sudah terbangun sejak 800 tahun yang lalu. Tipologi masyarakat di kedua negara ini memiliki kesamaan, yang memiliki sifat keterbukaan, budaya, tradisi, dan agama yang serupa sehingga akulturasi budaya pun kemudian terjadi.

Beliau menambahkan bahwa Iran menyimpan sejumlah naskah Nusantara, termasuk naslah yang bertuliskan Jawi yang ditulis sejak 700 tahun yang lalu (abad ke-12M) disimpan dengan baik di negara ini, tepatnya di Parlemen Iran. Tidak hanya itu, naskah ini juga dicetak berulangkali untuk disebarkan dan dihadiahkan kepada masyarakat. Selain itu, lebih dari 100 buku-buku agama dari Indonesia dicetak di Iran.

Karena itu, salah satu misi organisasi ECO ini adalah menjaga dan menjalin hubungan budaya dan persaudaraan dengan lembaga-lembaga di dunia. Salah satu central mereka adalah Indonesia. Kerjasama lainnya di negara Indonesia ini sudah dilakukan oleh lembaga ECO ini. Sedianya hubungan dengan lembaga lain seperti Universitas paramadina sudah dilakukan. Buku-buku dan disertasi dari Paramadina juga diterbitkan di Iran. Salah satu contoh adalah karya Dr Fahima yang dicetak di Iran.

Dr Safakha mengakui senang dan bangga bertemu dengan delegasi kementerian Agama RI, untuk dapat menciptakan kerjasama bidang heritage dan kebudayaan yang lebih intens dalam memperkenalkan budaya Iran kepada Indonesia dan begitu juga sebaliknya budaya Indonesia kepada Iran, sehingga hubungan yang harmonis dalam meningkatkan kecerdasan bangsa dapat dipelihara dan diteruskan dari perjalanan sejarah yang sudah cukup panjang terbangun.

Dengan terciptanya kerjasama ini, pihak ECO menyambut gembira dan mereka siap memfasilitasi personil Kementerian Agama untuk berkunjung ke Qom, Taheran, dan Siraj. Di antara kegiatan yang segera bisa dilakukan oleh pihak Kementerian Agama, dalam kaitannya dengan penyebarluasan Heritage dan warisan bangsa adalah menyelenggarakan Eksibisi buku dan manusukrip Nusantara di Taheran. Dalam waktu dekat ini, pameran mansukrip dilaksanakan di Taheran. Eco akan menyediakan galeri untuk Kementerian Agama RI. Selain itu, konferensi international dan research fellowship untuk para peneliti dapat diwujudkan.

Pada akhir pertemuan, kedua belah pihak menggarisbawahi kesamaan yang dimiliki kedua bangsa ini adalah bangsa yang tidak suka kekerasan, suka perdamaian, dan kecintaan kepada ahlul baitnya Nabi Muhammad Saw. Sehingga persatuan bangsa pun dapat terjalin. (FI)

Mitra