LKK_NTB2014_LSW02

PUSPAKERMA

 

LKK_NTB2014_LSW02

Bhs. Sasak, Jawa Madya

Aks. Jawa/Jejawan Sasak

Prosa

TS

330hal/165 Lembar/4 baris/hal

24,5 x 2,8 cm

Daun Lontar

                    

TASAWUF

Naskah didapatkan dari kota Mataram Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dimiliki oleh Lalu Satria Wangsa,

Kata “Puspakrama” terdiri dari kata ‘puspa’ artinya bunga, dan ‘krama’ artinya kelakuan atau pernikahan. Jadi Puspakrama sebagai inti perilaku yang pantas, puncak bersuami istri dan sebagainya. Atau Puspakrama adalah kelakuan yang baik.

Naskah Puspakrama menceritakan Raja Puspakrama yang sangat menyayangi putranya dan selalu di manjakannya yang masih berusia 4 tahun. Saat itu raja mendengar akan kehebatan pemande-pemande emas yang bisa memande ikan mas, merak yang memang hidup. Mereka dipanggilnya satu persatu dan hasilnya memang ikan mas itu hidup dan bisa berseloka, bersajak dan bernyanyi begitu pula si merak. Merak memang hidupyang ngigel, bisa berseloka dan berkakawin. Namun sang raja enggan memberikan ikan mas dan merak itu kepada sang putra karena takut akan dirusaknya sebab sang putra masih kecil dan ikan mas bersama merak keduanya disimpan salam peti mayat. Ikan mas merasa tak dapat berbuat apa-apa dan tetapi merak dapat membuka peti dan terbang. Merak setuju untuk membuka peti dan dan mencari putra raja di halaman istana yang sedang bermain dengan dayang-dayangnya. Merak turun di depan putra raja dan mengigel membuat sang putra tertarik dan mendekati sang merak dan seketika merak mengambil anak itu dan membawanya terbang jauh diatas awan-awan di langit dan kemudian lenyap. Orang-orang istana Puspakrama bingung bukan kepalang sang raja diberitahu dan beliau bukan main sedihnya. Raja sangat bingung dan  menutup dirinya tidak makan dan minum hingga tak lagi memerintah negara.

Alkisah sang putra tadi diterbangkan oleh merak emas ke puncak gunung. Disana ia bertemu dengan seorang derwish yang seketika lenyap setelah memberi sang putra sehelai lidi aren agar ia selalu akan menang dalam berperang melawan musuhnya dan dicintai siapa saja  yang ia akan berjumpa. Sang putra dan merak emas terbang lagi dan hinggap di taman larangan milik Raja Sangsyan. Disana ia dijemput oleh Ni Kasyan dan suaminya yang menggarap kebun untuk menghasilkan sayuran dan buah-buahan untuk sang raja. Karena mereka belum punya anak maka sang raja diangkat sebagai anak Ki Kasyan dan Ni Kasyan. Hingga suatu saat putra raja ini membantu raja Sangsyan untuk mencarikan obat kemandulan bagi istrinya. Putra raja pamit untuk mencari obat dalam beberapa waktu karena letaknya cukup jauh kepada Ki dan Ni Kasyan dalam keadaan sangat sedih. Pertama putra raja pergi ke hutan belantara ia bertemu dengan penjaga telaga yakni seekor singandarung dimana ditelaga itu setahun sekali tujuh bidadari dari langit ke tujuh turun untuk mandi. Singandarung mengusulkan agar sang putra raja mencuri salah satu kain dan mengembalikannya kalu bidadari bersumpah akan memberikan obat untuk raja. Bebera hari kemudian beberapa putri raja Maligya turun dan mandi ditelaga, putra raja mengintip dan melaksanakan usulan singandarung. Hingga para bidadari itu pulang dan disusul oleh putra raja. Para putri Maligya menghadap sang rajadan menjelaskan mengapa sang putra raja tadi bisa sampai ke Maligya. Raja Maligya menjodohkan sang putra raj tadi dengan salah satu putrinya dan mereka menikah. Setelah setahun menikah sang putra raja mohon pamit ke raja Maligya karena tugasnya belum usai. Sebenarnya raja Maligya memberikan takhtanya kepada putra raja, namun sang putra raja menolaknya dan kini ia diberi nama Jayeng Angkasa.  

Raja Maligya menyuruh putrinya mengambil obat untuk Raja Sangsyan dari puncak istana yang berupa sebuah hikmat yang bentuknya sebesar biji kemiri. Jayeng Angkasa membuka hikmatnya dan memasukkan isteri dan segala miliknya dan dimasukkan ke dalam destara Jayeng Angkasa. Setelah Jayeng Angkasa pamit dan turun ke bumi, pada langit kelima Jayeng Angkasa berperang melawan Raja du pihak makhluk gaib. Disitu Jayeng Angkasa menang dan dapat lagi seorang putri dengan segala hartanya dan dimasukkan kembali dalam destaranya.

Pulang di bumi, Jayeng Angkasa memberikan obatnya kepada Raja Sangsyan, dan sang Ratu akhirnya dikaruniai seorang anak. Pada akhir cerita Jayeng Angkasa menikah dengan putri raja Sangsyan yang telah dijanjikan sebelumnya kepada Jayeng Angkasa untuk dijodohkan bila sudah besar nanti. Jayeng Angkasa mendirikan kerajaan ditengah-tengah antara kerajaan Puspakrama dan Sangsyan. Hikmatnya tadi dibuka dan semua putri serta harta kekayaannya dikeluarkan untuk mendirikan kerajaan Samar Katon yang termasyhur.

Cerita Puspakrama mulai dengan penyebutan dua  negara : Betalmakmur dan Betalmukedes. Disitu tujuh langkah yang perlu ditempuh agar orang manusia memahami inti tasawuf Jawa yaitu manunggaling kawula gusti. Yang diceritakan oleh putra raja adalah sifatnya yang tepat sekaligus merupakan dzat yang menghidupkan segala sesuatu. Dengan memperoleh sifat/dzat itu dan memberikan kepada istri raja Sangsyan berarti masalah kekosongan absensi kehidupan dapat teratasi dan permaisuri memang menjadi hamil. Dalam cerita Puspakrama raja Sangsyan tidak boleh menerapkan sendiri ‘obat’ terhadap istrinya karena belum sampai sifat/dzat yang diperlukan untuk mengatasi masalah. Yang dilakukan putra raja untuk umat islam mirip dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad pada saat menempuh mi’rojnya. Ia bertemu dengan Allah supaya sifatnya menjadi jelas dan dapat disampaikan kepada umat Islam di dunia. Tugasnya adalah untuk menghasilkan kawula menjadi gusti dan gusti menjadi kawula karena dalam keaadan percaya dan paham manusia dan Tuhan tidak lagi dapat dibedakan karena memang tidak ada perlunya lagi untuk membedakannya lagi.