LKK_LOMBOK2016_HLS013

MONYEH

 

LKK_LOMBOK2016_HLS013

Bhs. Jawa

Aks. Jawa Kuno

Prosa

Sejarah

196hal/4 baris/hal

18x3cm

Lontar

 

Naskah ini berjudul Monyeh. Pengarangnya Jro Mihram, dan tahun penulisannya tidak diketahui. Asal naskah dari Rembitan, Lombok Tengah. Pemilik naskah adalah Haji Lalu Sedek. Naskah ini berjenis alas Lontar. Kondisi fisik baik dan masih dapat dibaca secara keseluruhan. Penjilidannya dalam bentuk takep. Bahan naskah adalah Lontar dan kayu. Jumlah lembar naskah ini 98 lempir, jumlah halaman 196 halaman, jumlah baris per halaman 3 baris, ukuran naskah 18cmX3cm, dan ukuran teks naskah 15cmX2,5cm. Tidak ditemukan penomoran halaman dan kata alihan dalam naskah ini. Penulisan teks naskah dengan menggunakan huruf Jejawan, berbahasa Jawa Madya. Jenis tulisan adalah khat Toreh, sementara warna tulisan adalah hitam. Terdapat satu lempir (lembar) halaman kosong dalam naskah ini.

 

Teks Pertama berbunyi: “Dadi panilis guritan puniki, Amaq Merendah,  tarung ngarung, mulai tanggal 15-12-2001, jadi tanggal 1-1-2002.Yen kirang dennuwuh hanie,  yen kangkungden longna sami,  mangdane patut.”

Sedangkan teks akhir berbunyi: “Sang sanganan gagah wayan Layang Sari, jajang bale lanalo kembar, selapuqne magula pasir, nak rangda taheq ngiring, ndeq swe luaran banjur, japoq melem kacarita, pengayah uwah budal tarik, pade huleq selapuqne. Sampun tamat guritan puniki, tanggal 1 tahun Ba 2002.”

Pada awal teks naskah menceritakan tiga kerajaan, yaitu kerajaan Indra Pandita, Indara Sari dan Indra Sekar. Raja Indra Sari mempunyai dua orang putra bernma Kitab Muncar dan Witara Sari. Sedangkan Raja Indra Sekar mempunyai sembilan orang putri yang paling bungsu bernama Dende Winangsia. Dinda Winangsia adalah anak yang paling patuh terhadap orang kedua orang tunya dan paling cantik diantara saudaranya yang lain. Dinda Winangsia diasingkan dan diasuh oleh Inaq Randa Sanyomanyang hidup ditengah hutan.

 

Pada suatu ketika, Denda Winangasia ingin mencurahkan nasib hidupnya lalu dia melukis dirinya dan menuliskan perjalan hidupnya di atas selembar kertas, dan setelah selesai kemudian diterbangkan oleh angina dan jatuh ditaman pemandian Raden Mas Witara Sari. Witara Sari memandang dan membaca tulisan itu lalu ia pingsan dan ingin bertemu dengan sang pelukis tersebut.

Kitab Muncar yang paling paham atas kejadian itu dan berusaha untuk mendapatkan siapa gerangan pelukis itu. Kitab Muncar dan Raden Mas Witara Sari mencari sampai ke pulau sebrang. Pada suatu ketika terdengar khabar bahwa ada seorang putri cantik yang dikucilkan dari keluarganya dan mereka pun pergi menemuinya. Witarasari yang dibantu oleh Kitab Muncar mencari cara dan menyamar menjadi kera (Monyeh), bila Denda Winangsia mendapat kesulitan Monyeh selalu membantunya. Kemudian meraka kawin.