LKK_LOMBOK2016_HLS005

JATI SWARA

 

LKK_LOMBOK2016_HLS005

Bhs. Jawa

Aks. Jawa Kuno

Prosa

Sejarah

350hal/4 baris/hal

26x2.5cm

Lontar

 

Naskah ini berjudul Jati Swara. Pengarang dan tahun penyimpanannya tidak diketahui. Asal naskah dari Rembitan, Lombok Tengah. Pemilik naskah adalah Haji Lalu Sedek. Naskah ini berjenis alas Lontar. Kondisi fisik baik dan masih dapat dibaca secara keseluruhan. Penjilidannya dalam bentuk takep. Bahan naskah adalah Lontar dan kayu. Jumlah lembar naskah ini 175 lempir, jumlah halaman 350 halaman, jumlah baris per halaman 4 baris, ukuran naskah 26cmx3cm, dan ukuran teks naskah 21cmx2,5cm. Ditemukan penomoran halaman dan kata alihan dalam naskah ini. Penulisan teks naskah dengan menggunakan huruf Jejawan, berbahasa Jawa Madya. Jenis tulisan adalah khat Toreh, sementara warna tulisan adalah hitam. Terdapat satu halaman kosong dalam naskah ini.

 

Awal teks berbunyi:Bismillahirrahmanirahim, hingsun hamimi hamuji hanebut namaning ngalah, rahmat murah maring dunia reko, moga yang hayu turut, kang pinuji tan pegat, tanana rang tungi nengong hyang ngalah,ring rusak halam kang sinambat kang pinuji, sang tuyune hyang ngalah ...”  

Teks akhir tidak bisa terbaca dengan baik.

Isi teks menjelaskan pada awalnya bahwa sebagai peringatan kepada sanak saudara baik laki-laki maupun perempuan agar berbakti kepada Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Selanjutnya isi naskah menguraikan tentang datangnya hari kiamat, dunia akan hancur, gunung-gunung akan meletus. Pada hari itu Allah akan menurunkan Malaikat Israfil untuk mencabut nyawa seluruh mahluk hidup dan akan menghidupkan kembali semua yang sudah mati termasuk manusia untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya diatas dunia. Pintu Surga terbuka lebar bagi amal yang baik dan sebaliknya neraka yang membara menanti kedatangan bagi yang jahat.

 

Selanjutnya dijelaskan tentang pengembaran Ki Sajati Swara tanpa pamit kepada kedua orang tuanya. Sang isteri pun berkelana mencari sang suami, yaitu Ki Sajati. Di puncak gunung pertemuan antara Jati Swara dengan Kisajati. Tatkala itu Kisajati menjadi sorang pertapa. Selain itu, isinya adalah tentang tanya jawab tentang roh hilapi, yaitu perjalanlan roh dalam menghadapi kematian, dan dialog antara manunggaling gusti kaula lan gusti, antara Jatiswara dengan caranya mengesakan Allah dari kaula (hamba) dan menjunjung pemimpin dengan rakyat. Dialog antara Ki Sahimbingan dengan wasiraga adalah cara diolog antara raga dengan ajaran.