LKK_CRB2017_MST003

LONTAR SUTAJAYA

 

LKK_CRB2017_MST003

Bahasa Jawa

Aksara Jawa

Prosa

SASTRA RELIGI

6 hal/13 baris/hal

21 x 17 cm naskah

19 x 15 cm teks

Bergaris

 

Pengarang dan penyalin naskah ini tidak diketahui, juga tidak disebutkan keterangan tahun penulisan dan penyalinannya, dan tidak ditemukan kolofon dalam naskah ini. Naskah disimpan oleh Marsita S Adikusuma beralamat di Desa Ujunggebang Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon, naskah diperoleh dari warisan orang tuanya Bapak Margi Marsadi.

Teks naskah ditulis di atas alas kertas bergaris, kondisinya rusak, tidak lengkap, terlepas dari jilidan, tanpa sampul, dijilid dengan steples, ada bekas jahit benang pada jilidannya, hanya tersisa 3 lembar, 6 halaman dalam satu kuras, banyak halaman yang hilang, tidak ada penomoran halaman. Teksnya 13 baris di setiap halamannya, teks naskah ditulis dengan tinta hitam dan biru, di beberapa pinggirnya ada yang sudah luntur tulisannya, ditulis dalam aksara Jawa (carakan) menggunakan bahasa Jawa, dalam bentuk prosa, ada ilustrasi berupa gambar wayang di halaman awalnya.

 

Isi ringkas naskah :

Naskah ini menceritakan tentang seorang tokoh yang bernama Sutajaya, tokoh perguruan yang cukup termashur putra dari Ki Gedeng Pekandangan. Pangeran Suta Jaya Upas memiliki tiga orang murid yang mempelajari Ilmu Agama Islam dan menempah Ilmu kanuragan yaitu Ki Mangangong, Ki Ramyang dan Ki Aria. Ketiga murid Pangeran Suta Jaya Upas ditugaskan melakukan babat alas Wara Wiri yang terkenal angker yang dijaga oleh Banas Pati dan Kemangmang. Ketika sedang melakukan pembabatan, tiba-tiba dikejutkan oleh Banaspati dan Kemangmang yang tidak merelakan hutan Wara Wiri tempat tinggalnya akan dihuni bangsa manusia. Terjadilah pertempuran sengit. Ketiga murid Pangeran Suta Jaya Upas mampu mengalahkan Banaspati dan Kemangmang, Akhirnya Banas Pati dan Kemangmang mengijinkan mereka untuk meneruskan pembabakan hutan Wara Wiri sampai sebuah pedukuhan baru dan lahan pertaniannya subur.

 

Kutipan awal : tinari jurit, sumangga gusti pukulun...(diajak berperang tanding, silahkan wahai tuanku...)

 

Kutipan akhir : ....nulya wangsul hing nagari...(kemudian dia pulang ke negaranya....). (ALF)