Profil Pemilik Naskah

Profil Pemilik Naskah di Cirebon, Kuningan, dan Indramayu

 

Maimunah Mujahid

 

Maimunah Mujahid salah satu pengajar di IAIN Syekh Nurjati Cirebon merupakan salah satu pemilik naskah-naskah Cirebon yang masih keluarga dari Mbah Muqoyim, pendiri pondok pesantren Buntet Cirebon. Beliau adalah cicit dari Mbah Muqoyim. Naskah yang dimiliki oleh keluarga besar kakek buyutnya berjumlah sangat banyak, namun saat ini naskah-naskah tersebut telah tercecer dan dipegang oleh anak, cucu, cicit, dan keturunan-keturunan serta murid Mbah Muqoyim. Tidak mengherankan jika naskah Mbah Muqoyim begitu banyak, hal tersebut dimungkinkan karena beliau merupakan Mufti Keraton Cirebon yang memiliki tradisi tulis sangat kuat.

Pondok Pesantren Buntet yang berada di wilayah Cirebon, bagi sebagian orang pesantren ini disebut Buntet Pesantren. Pondok pesantren yang berdiri sekitar abad 18 M ini merupakan salah satu pesantren tertua di Indonesia. Dibangun oleh Mufti Keraton Cirebon, yaitu Mbah Muqoyim yang menentang Belanda sehingga beliau lebih memilih tinggal di luar tembok istana untuk menjadi guru kemudian mendirikan pesantren sebagai bentuk penolakannya atas penjajahan Belanda.

Fakta banyaknya naskah di Pondok Buntet Pesantren ini antara lain adalah pola pendidikan pesantren yang bersifat tradisional. Kajian-kajian di pesantren tradisional yang diajarkan kepada santrinya sebagian merujuk pada kitab-kitab para ulama terdahulu. Tidak heran jika naskah-naskah (kitab-kitab) yang berada di pesantren itu banyak yang digunakan oleh Mbah Muqoyim untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama seperti Al-Quran, Hadits, Tafsir, Balaghoh, sejarah, bahasa Arab, akhlak, tasawuf, fiqh, dan sebagainya kepada anak, cucu, dan santri-santri beliau. Meski sudah identik dengan sebutan pesantren tradisional, namun pesantren tersebut juga dapat dikatakan pesantren yang mengkolaborasi antara pola pendidikan tradisional dan modern. Pesantren tersebut mengadopsi sistem sekolah modern dengan mendirikan juga sekolah formal seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai dengan perguruan tinggi.

 

Agus Muhammad Romli

 

Agus Muhammad Romli adalah pimpinan Pondok Pesantren Al Makmur yang beralamat di Desa Cipondok, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan Jawa Barat pada 14 Maret 1901. Beliau merupakan cucu dari seorang ulama yang juga sebagai pendiri pondok pesantren tersebut, yaitu KH. Ma’mur Nawawi. KH. Ma’mur Nawawi ulama yang memiliki ilmu agama yang sangat mumpuni khususnya pada ilmu-ilmu kebatinan yang digunakan untuk melawan penjajah Belanda. Ilmu yang dimilikinya itu dipelajarinya dari berbagai sumber baik dari berguru maupun membaca serta pengalaman-pengalaman yang dijalaninya. Tidak mengherankan jika beliau memiliki koleksi benda-benda keramat serta buku-buku yang menjadi rujukan untuk diajarkan kepada santri-santrinya. Namun saat ini buku-buku (naskah) yang senantiasa digunakan untuk mengajarkan santri dan anak cucu beliau tercecer dan hilang dipegang oleh anak-cucu dan santri beliau baik naskah yang ditulisnya sendiri maupun naskah yang ditulis oleh ulama lainnya.

 

 

 

Mochammad Oding Sajidin

 

Mochammad Oding Sajidin adalah salah satu keturunan ulama terkenal di wilayah Kuningan Jawa Barat yaitu Eyang Hasan Maolani tepatnya berasal dari Desa Lengkong Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Desa Lengkong menjadi terkenal karena disitulah lahir seorang kyai/ulama yang sangat berpengaruh bagi masyarakat dan ditakuti oleh penjajah Belanda. Desa Lengkong menjadi pusat penyebaran Islam yang mempengaruhi wilayah-wilayah di sekitarnya. Banyak di antara santri-santri dari sekitar wilayah Lengkong yang sudah mendirikan pesantren dan menjadi pimpinan-pimpinan pesantren. Desa Lengkong juga banyak terdapat makam-makam para syekh/ulama/kyai yang memiliki ilmu agama yang tinggi sehingga menunjukkan bahwa wilayah tersebut merupakan tempat berkumpulnya orang-orang ‘alim (berilmu) khususnya ilmu agama. Tidak heran jika sampai saat ini makam-makam di Desa Lengkong banyak dikunjungi masyarakat baik dari sekitar wilayah Kuningan maupun dari luar Kuningan untuk berziarah ke tempat tersebut.

Hasan Maolani sebagai orang asli yang lahir di Desa Lengkong sekitar abad XIII beruntung tumbuh besar di lingkungan keluarga dan masyarakat dimana terdapat orang-orang shaleh, ‘alim, dan taat akan agama. Oleh karena lingkungannya itulah beliau juga menjadi salah satu orang shaleh dan ‘alim di Desa Lengkong. Beliau banyak mempelajari ilmu agama yang didapatkan dari guru-gurunya sehingga beliau banyak menulis dengan tangannya sendiri pelajaran-pelajaran untuk dihafal berkaitan dengan pelajaran-pelajaran agama Islam seperti Al-Qur’an dan tafsirnya, nahwu, fiqih, ushul fiqih, thariqah, dan tasawuf.

 

Ki Marsita S. Adhi Kusuma

 

Ki Marsita S. Adhi Kusuma seorang seniman, budayawan, dan juga pengkoleksi naskah berasal dari Cirebon tepatnya beralamat di Jalan Ki Jatira RT. 01/RW.01, Dusun I, Desa Ujung Gebang Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon. Beliau merupakan pimpinan sanggar Mekar Budaya yang juga merupakan seorang pelukis alami berbakat. Lukisan beliau sudah sering kali mengikuti pameran di galeri-galeri seni dan dipesan oleh penikmat lukisan hampir sekitar 300 pemesan. Selain melukis, beliau memiliki keahlian dalam melantunkan tembang dalam seni macapat.

Naskah-naskah yang dimiliki dan dikoleksi beliau terdapat yang berakasara jawa (carakan) dan berbahasa jawa. Hampir semua naskah berbentuk puisi atau tembang, hal ini bisa dimaklumi mengingat pemilik naskahnya adalah seorang dalang macapat atau pembaca naskah-naskah. Naskah-naskah beliau banyak berisi cerita, babad, sejarah, dan moral etika yang disusun dalam bentuk tembang. Isi naskah diduga bersumber dari cerita rakyat (folklor) yang berkembang di masyarakat Cirebon dan sekitarnya yang kemudian ditulis menjadi sebuah naskah. Menurut Ki Marsita si pemilik naskah, beberapa isi dan cerita dalam naskah-naskah tersebut sering dibacakan atau diceritakan olehnya melalui siaran Radio lokal di desa tersebut pada malam-malam tertentu.

 

 

Tarka Sutarahardja

 

DSCN0591.JPGTarka Sutarahardja yang biasa di panggil Ki Tarka merupakan pengoleksi naskah sekaligus pakar dalam membaca dan menulis beberapa naskah khususnya yang beraksara dan berbahasa Jawa. Ki Tarka tinggal di wilayah Indramayu tepatnya di Desa Cikedung Lor Blok I, RT 05/RW 02, Gang Guru H Suryana, Kecamatan Cikedung, Indramayu Jawa Barat. Kemampuan membaca naskah dipelajari dari kakek beliau selama bertahun-tahun sehingga atas kemampuannya beliau diangkat sebagai Modin Aksara Jawa melalui Pusat Konservasi dan Pemanfaatan Naskah Klasik Cirebon dengan Surat Keputusan Nomor: 08/SK/2013 tentang Pengangkatan Tim Ahli Aksara Jawa dengan Gelar Modin Aksara Jawa.

Dalam kajian-kajian tentang naskah klasik, Ki Tarka tergabung dalam sebuah organisasi yaitu Forum Jati Budaya Indramayu yang berdiri pada tahun 2005. Organisasi ini begerak dalam beberapa kegiatan, antara lain: 1) forum pengkajian lontar/naskah kuno aksara Jawa dan Arab, 2) pengobatan alternatif pijat; saraf/refleksi dan klasik, 3) wadah kreatifitas anak muda, dan 4) majelis taklim/pengajian. Khusus bidang pengkajian lontar/naskah kuno aksara Jawa dan Arab organisasi ini berupaya mengumpulkan informasi tentang keberadaan lontar/serat sastra kuno yang ditulis pada kertas kuno, kulit, dan sebagainya baik dengan tulisan aksara Jawa, Arab Pegon, Arab Gundul, dan lain-lain. Selain itu dilakukan juga penerjemahan naskah-naskah tersebut ke dalam bahasa latin serta kajian-kajian dalam naskah itu sendiri. Kajian tersebut tentunya melibatkan masyarakat sekitar, sehingga masyarakat sekitar dapat mengenal dan ikut mempelajari warisan budaya lokal yang bersumber naskah-naskah yang dikaji. (RZ)