LKK_LOMBOK2016_HLS008

LANGIT JABALKAP

 

LKK_LOMBOK2016_HLS008

Bhs. Jawa

Aks. Jawa Kuno

Prosa

Sejarah

244hal/4 baris/hal

24.5x3cm

Lontar

 

Naskah ini berjudul Langit Jabalkap yang ditulis oleh Kyai Sajati. Tahun penyimpanannya tidak diketahui. Asal naskah dari Rembitan, Lombok Tengah. Pemilik naskah adalah Haji Lalu Sedek. Naskah ini berjenis alas Lontar. Kondisi fisik baik dan masih dapat dibaca secara keseluruhan. Penjilidannya dalam bentuk takep. Bahan naskah adalah Lontar dan kayu. Jumlah lembar naskah ini 90 lempir, jumlah halaman 180 halaman, jumlah baris per halaman 4 baris, ukuran naskah 24.5cmx3cm, dan ukuran teks naskah 20cmx2,5cm. Tidak ditemukan penomoran halaman dan kata alihan dalam naskah ini. Penulisan teks naskah dengan menggunakan huruf Jejawan, berbahasa Jawa Madya. Jenis tulisan adalah khat Toreh, sementara warna tulisan adalah hitam. Tidak terdapat halaman kosong dalam naskah ini.

 

Teks pertama berbunyi:Bismillahirrahmanirrahim,  “Puh Pangkur, wenten malih kawarne hasri nalen darja Jabalakap negari, besakana sang prabu hana nganggih nateng hana srak, ratu ning jinri jabalkap samianeluk, langkung tusta wibawa, necanajang kawule. Sugih brana katah, nagara maspranah, hing rasa hamukti, priyatinia raka langkung, tan hana turu datar....”

Teks terakhir berbunyi: “... Hangarawit, datan pgat rawuh hipun, mangkin yeng payasan, sampun ane keng rawi, nulia huruh dadi toya wekon reng harak “Tamat”.

Isinya menceritakan tentang Raden Jayang Rana pergi bertapa dipuncak gunung.  Didalam pertapaannya mendapatkan berbagai macam godaan dan rintangan namun semua itu dapat dilaluinya. Sedangkan Raden Umar Maya tetap tinggal di istana bersama dengan Abdul Mutalib.

 

Kisah selanjutnya mengisahkan tentang usaha penaklukan kerajaan Puser Bumi oleh Prabu Kadardawa. Dajal Napiah Patih andalannya tidak berhasil mengalahkan pasukan Puser Bumi yang dipimpin oleh Amir Hamsyah, akhirnya diislamkan.

Dijelaskan dalam naskah ini juga tentang dialog antara Tuhan dengan manusia dalam hal amanah (titipan). Tuhan menitip 7 (tujuh) perkara, yaitu 1. Jangan lupa pada amanah. 2. Jangan lupa mendengarkan 3. Agar terus diingat, 4. Harus terus merasakan 5. Jangan terlena 6. Jangan merusak 7. Jangan mencidrai. Ke semua perkara di atas disertai uraian dan penjelasan masing-masing.