LKK_LOMBOK2016_HLS006

PUSPAKERMA

 

LKK_LOMBOK2016_HLS006

Bhs. Jawa

Aks. Jawa Kuno

Prosa

Sejarah

236hal/4 baris/hal

32x3cm

Lontar

 

Naskah ini berjudul Puspakerma. Pengarang dan tahun penyimpanannya tidak diketahui. Asal naskah dari Rembitan, Lombok Tengah. Pemilik naskah adalah Haji Lalu Sedek. Naskah ini berjenis alas Lontar. Kondisi fisik baik dan masih dapat dibaca secara keseluruhan. Penjilidannya dalam bentuk takep. Bahan naskah adalah Lontar dan kayu. Jumlah lembar naskah ini 118 lempir, jumlah halaman 236 halaman, jumlah baris per halaman 4 baris, ukuran naskah 32cmx3cm, dan ukuran teks naskah 28cmx2,5cm. Tidak ditemukan penomoran halaman dan kata alihan dalam naskah ini. Penulisan teks naskah dengan menggunakan huruf Jejawan, berbahasa Jawa Madya. Jenis tulisan adalah khat Toreh, sementara warna tulisan adalah hitam. Terdapat satu lembar halaman kosong dalam naskah ini.

 

Teks halaman pertama berbunyi: “...saking negareng puspakerma, harmakne latahing budi, asih maring baya driki, miwah hana jawula, dasan kawula patih wakana,  hamuji seribu pati sawddanne hana karsa ling manah. Sang nata den nade darme maring wong miskin, wong pakir maring wong darma, heh wong sribu hingapati, sinalendra kang prannia, derbe putra sang jaya, bagus sadriwen nire, wayah hanakawan, hiwangsih sang nata mara hiputra. Hanging hanasung sruwa hulam, muah sasangennies samie, kranie huka mangkane, manapi huke rarase,  wus hadia lami...”

Teks halaman terakhir berbunyi: “...Saking luhur tunda sanga...., prabu puspakrma den ngandika santun, eh kang kiputra ninguwang,... tidak terbaca, rah hadilulah, raja ngandika halon, eh para mantri sedaya, patih humigung lan sami raga..., miwah kawule sedaya. Sami hangis tukan makin, pangandika sire sangnata.”

Isi naskah adalah tentang Ki Kemasan dari Betal Mukadis diperintahkan oleh Raja Puspakerma untuk membuat patung ikan emas yang hidup. Ia membuat patung burung merak dari emas yang bisa hidup juga sebagai teman bermain putra raja yang baru berumur empat tahun. Ternyata patung ini tidak diberikan kepada putra raja sebab sang raja takut kalau nanti dianiaya. Karena itu disimpankanlah di dalam peti. Si burung merak berhasil membuka kunci peti itu lalu keluar bermain-main dengan Raja Putra. Raja putra naik ke atas punggung burung merak lalu diterbangkan. Kemudian diturunkan di tengah hutan.

 

Ada seorang Darwis yang memberikan azimat berupa lidi pohon aren kepada Raja Putra. Apabila ditancapkan ke tanah akan datanglah si burung merak untuk menerbangkan Raja Putra kemana pun maunya.

Di sebuah taman di tengah hutan, hidup sepasang suami istri yang mandul, yaitu Ni Kasyan dan Ki Kasyan. Merekalah yang memungut Raja Putra dan mengangkatnya menjadi anak. Raja putra anak yang pintar dan ahli dalam bidang ilmu tenung. Raja Putra juga telah mengetahui bahwa Ki Sangsyan akan pulang sakit setelah pergi berburu dan membunuh Manjangan yang sedang menyusui anaknya.